Thursday, May 31, 2018

Agen Joker123 - KETIKA DIPERKOSA OLEH GURUKU

Agen Joker123 - KETIKA DIPERKOSA OLEH GURUKU - Seperti biasa pada pagi yang cerah Lhian bersiap untuk berangkat sekolah. Lhian S, gadis cantik bertubuh tinggi, sexy dan putih mulus. Gadis berkacamata ini cukup pintar dan rajin dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dia dikenal sebagai gadis nomor satu disekolahnya. Sifatnya yang tomboy memudahkan para teman prianya untuk menikmati tubuh Lhian dengan memandangi payudara, paha, pinggul, ketiak dan pantatnya yang besar. Karena Lhian sangat mudah bergaul dengan anak cowok. Tinggi Lhian sekitar 168 cm, dan beratnya 55 kg.


Agen Joker123 - Lhian memang mempunyai tubuh yang paling sempurna di sekolahnya. Dengan ukuran bra 36B, ia kadang tidak memakai bra untuk menyangga susunya ketika bermain dengan teman-temannya. Para teman cowoknya yang beruntung saat itu, akan dapat menikmati pemandangan yang membuat jakun pria naik turun. Mereka berharap bisa menjamah kantong susu itu, dan meminum susunya. Meskipun tidak mengenakan bra, susu Lhian yang hanya ditutupi kaos terlihat kencang dan tegak. Itu karena Lhian rajin berolahraga, baik itu push-up, sit-up, jogging, basket, dll. Sehingga susunya pun sangat padat dan kenyal. Tapi yang paling menonjol adalah buah pantatnya yang besar dan luar biasa montok. Lhian terpilih mempunyai pantat terindah oleh teman-teman cowoknya. Disamping itu Lhian selalu memakai rok birunya yang ketat, pantatnyapun bergantian naik-turun ketika ia berjalan. Garis celana dalamnya tercetak jelas di belakang roknya, menandakan betapa padat dan montoknya pantatnya.
Selama proses belajar mengajar, para guru laki-laki yang mengajarnya sering memperhatikan Belahan payudara Lhian yang kadang terlihat sedikit menyembul keluar, dan roknya yang tersingkap sehingga pahanya yang putih mulus terpampang jelas dimata gurunya. Lhian kadang sengaja membiarkan beberapa bagian tubuhnya diamati. Lhian mempunyai pinggul yang lebar, pantat yang sekal dan paha yang besar dan gempal menggairahkan. bahkan tidak jarang teman-teman cowok dikelasnya yang nekat masturbasi dikelas ketika sedang jam pelajaran, karena tidak tahan melihat paha atau pantat Lhian didepannya. Lhian sangat bersemangat disekolahnya. Ia aktif mengikuti kegiatan ekstra di sekolahnya seperti pramuka dan paskibraka. Lhian sekolah di sebuah SMU swasta yang terkenal dikotanya, sekarang ia kelas 3.
Pagi sekali sekitar pukul 06. 30 dia sudah menunggu angkutan kota menuju sekolahan nya, jarak sekolahnya tidak terlalu jauh sekitar 5 km. Apalagi nanti ada upacara. Tiba-tiba ketika Lhian sedang asyik-asyiknya jalan sendiri sambil baca buku pelajaran, ada seorang naik mobil menghampirinya.
“Halo Lhian kok jalan?”, tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.
“Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?” tanya Lhian spontan.
“Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja” ajak Pak Bambang.
Karena Lhian sudah kenal benar dgn yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Lhian nggak tahu disitulah awal bencana bagi Lhian.
“Dik Lhian nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?” Pak Bambang membuat alasan.
“Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat”
Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.

Sesampainya disitu Lhian ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Lhian yang sudah lama mengamati Lhian dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Dono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.
“Halo Lhian, sudah ditunggu dari tadi lho?”, seru salah seorang dari mereka.
“Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?”, Lhian mulai kebingungan.
Lhian menjerit karena dia mulai digerayangi.
“******* tua bangka jangan coba-coba sentuh saya”.
“Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah”, kata Pak Budi selaku guru Matematika.
Lhian mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Lhian kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan di gampar pipinya berkali-kali sampai Lhian kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Lhian meringis kesakitan.
“Nah sekarang emut dan hisep ****** saya, ****** Pak Andi, ****** Pak Joko dan Pak Dono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?”,

Karena ketakutan akhirnya Lhian mengulum ****** para gurunya. Lhian menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.
“Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter”, seru Pak Bambang.
“Mmmphh, slerrpp, mmhh” Dengan terpaksa Lhian menghisap ******-****** mereka sampe mereka semua pada orgasme.
“Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Lhian, lo pasti sudah sering nyepongin ****** temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha”.
Guru Lhian satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Lhian, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Lhian hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Lhian mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.

Setelah mereka puas memperkosa mulut Lhian ternyata mereka langsung menelanjangi Lhian. Pak Dono memegang kedua tangan Lhian, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Lhian.
“Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak” Pak Joko mengomentari payudara Lhian, sambil mulai meremas-remas payudara Lhian.
Dalam sekejap Lhian sudah dalam keadaan tanpa busana.
“Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi”, seru Lhian sambil teriak.
“Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus” Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Lhian.
Lhian sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.
Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, “karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya.”

Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Lhian menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Lhian, dirasakan olehnya pantat Lhian yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Lhian dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak, Plak.”.
“Wah sekal sekali pantat kamu Lhian, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya” ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Lhian sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Lhian yang putih gempal itu.
Lhian mengaduh kesakitan.
“Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja.”
“Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi” sambil memijat pantat Lhian yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.
Pak Dono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Lhian.
“Aakhh, *******, keparat, jangan sentuh pantat gue”, Lhian membentak mereka.
“Plakk” sebuah tamparan sangat keras ke pipi Lhian.
“Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe”, Pak Dono balas membentak.

Lhian hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Lhian mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Lhian dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
“Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk”, Lhian teriak ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Lhian agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Lhian.
“Egghhmm, oohh, shitt, shitt”, Lhian menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu.
Badan Lhian pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Lhian. Nafas Lhian terengah-engah sambil mengerang kesakitan.

Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Lhian, sementara itu badan Lhian menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Lhian sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Lhian, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Lhian sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Lhian. Sementara Pak Dono meremas payudara kanan Lhian, dan mulutnya mengulum payudara Lhian satunya lagi.
“Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu”.
Pak Dono asyik menyantap payudara Lhian, yang ranum padat dan kenyal sekali.
“Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak”.
Lhian terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Lhianpun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.

Melihat Lhian yang meronta-ronta, Pak Bambang semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Lhian yang masih perawan. Walaupun vagina Lhian sudah basah oleh air liur Pak Bambang dan cairan vagina Lhian yang keluar, namun Pak Bambang masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Lhian yang perawan masih sangat sempit. Lhian hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini akan direnggut dengan paksa seperti itu oleh gurunya sendiri. Lalu dengan ngacengnya Pak Bambang memasukkan batang penisnya lagi.
“Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn”, terdengar suara dari mulut Lhian yang terlihat kesakitan.
Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati ****** Pak Bambang yang mengaduk-aduk liang peranakannya. Terlihat jelas raut wajah Lhian yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.
Lhian sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika penis disodok-sodokkan ke lubang memeknya.
“Huek, hek, hek aah oohh jangan, uh, duh, ampunn pakk”, ternyata Lhian telah orgasme.

Sungguh mengasyikan melihat expresi Lhian yang merem-merem sambil menggigit bibir bawahnya. Pak Bambang terus menggenjot memek Lhian. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Bambang terus menggenjot tubuh Lhian, Lhianpun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Bambang menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahh, ahh, oouuhh”.
Lalu Pak Bambang memposisikan tubuh Lhian menungging. Pantat Lhian sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang paha panjangnya yang putih dan tegak. Pak Bambang memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke vagina Lhian hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga vagina Lhian hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak disertai teriakan panjang.
“Aaahh, Stoop, kumohon jangan”.
Kedua tangan Pak Bambang memegang pantat Lhian, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Bambang mengelus-elus pantat Lhian dan sesekali meremas payudara Lhian dari belakang.

Beberapa menit kemudian, Pak Bambang kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Lhian. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tangan Lhian dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan penis Pak Bambang. Karena tidak disangga kedua tangannya lagi, kini buah dada Lhian tergencet di atas tikar tipis sebagai alas Lhian disetubuhi. Sedangkan wajah Lhian menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaan Lhian seperti itu, pak Bambang semakin bersemangat mengebor liang vagina Lhian.
“Anjingg, bangsaatt, perekk, loo, Lhian ngentoott, gue entotin loo”.
Pak Bambang merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Bambangpun berejakulasi di lobang kemaluan Lhian, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Lhian.
“Aa, aakkhh, oohh”, sambil mengejan Pak Bambang melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.
“Aoohh, oouuhh, bangsaatt, shitt, shitt”.

Lhian mengumpat sambil mendesah, tubuhnya mengejang merasakan air mani Pak Bambang membanjiri rahimnya. Puas sudah dia menyetubuhi Lhian, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhi Lhian, puas dalam merobek keperawanan Lhian dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis nomor satu di sekolah itu.
Lhian menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa gurunya telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Lhian sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Lhian yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.

Setelah itu Pak Andi maju untuk mengambil giliran. Kali ini Pak Andi mengangkat kedua kaki Lhian ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Lhian. Pak Andi masih mengalami kesulitan saat memasukkan penisnya, meskipun vagina Lhian kini sudah licin oleh sperma Pak Bambang dan juga cairan vagina Lhian. Vagina Lhian masih sangat sempit. Kembali vagina Lhian diperkosa secara brutal oleh Pak Andi, dan Lhian lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.
“Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh, keparaatt”
Namun kali ini Lhian tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat gurunya semakin bernafsu saja.
Sementara itu Pak Andi terus memompa vagina Lhian dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Lhian yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Lhian.
“Ooohh, makan nih pejuh gue”.

Lhian hanya dapat meringis kesakitan, tubuhnya telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Lhian dan sebagian sperma Pak Andi mengalir lagi keluar dari vaginanya.
“Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh”, Lhian menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Pak Budi mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Lhian.

Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Pak Budi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua penis tadi, usia Lhian juga masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit.
Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Pak Budi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Lhian. Tubuh Lhian berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun terus memohon kepada Pak Budi agar mau melepaskannya.

“Ahh, rasain loe, akhirnya aku bisa ngerasain jepitan memek kamu sayang”, bisiknya ketelinga Lhian.
“Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn”, rintih Lhian dengan suara yang megap-megap.
Jelas Pak Budi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Lhian.
“Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh”, Lhian merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot Oleh Pak Budi, badannyapun semakin menggeliat-geliat.
Otot-otot dinding vaginanya kuat mengurut-urut batang kemaluan Pak Budi yang tertanam didalamnya, karenanya Pak Budi merasa semakin nikmat. Sambil memukuli perut Lhian dengan tangannya, berharap agar vagina Lhian mencengkram penisnya dengan lebih erat karena lobang vagina Lhian semakin mengendur.

Tiba-tiba Pak Budi mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Lhian. Pak Budi mendempetkan kedua buah payudara Lhian yang kecil dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Lhian, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Lhian. Lhian gelagapan karena sperma Pak Budi mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Pak Budi masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Lhian dan ke puting susunya. Kemudian Pak Budi menampar payudara Lhian yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Lhian berwarna kemerahan dan membuat Lhian merasa perih dan kesakitan.
Selanjutnya dua orang, Pak Joko dan Pak Dono maju. Mereka kini menyuruh Lhian untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Pak Joko berlutut di belakang pantat Lhian dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Lhian yang sangat sempit.
“Gila nih cewek, bokongnya montok banget kenyal lagi, lihat nih Tin paha si Lhian. Gempal, gede, Putih banget. Bener kata Pak Bambang” Kata Pak Joko.
“Ampuunn, jangan sodomi saya paakk, saya mohoonn”.

Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Lhian mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Pak Dono yang segera mendorong wajah Lhian ke arah penisnya. Kini Lhian dipaksa mengulum dan menjilat penis Pak Dono. Penis Pak Dono yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Lhian.
Sementara itu, Pak Joko masih berusaha membesarkan lubang anus Lhian dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Lhian.
“Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk”
Sesekali Pak Joko menampar pantat Lhian dengan keras, sehingga Lhian merasakan pantatnya panas.
“Gila nih perek, bokongnya gede tapi lobangnya kecil banget” Kemudian Pak Joko juga berusaha melicinkan lubang anus Lhian dengan cara menjilatinya.

Lhian merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Pak Joko menjilati lubang anusnya. Ia berada dibelakang Lhian dengan posisi menghadap punggung Lhian.
Ketika lobang dubur Lhian agak terbuka, Pak Joko menuang sebotol minyak goreng kedalam lobang dubur Lhian. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Lhian selebar bahu, dan, “Aaakkhh.”, Lhian melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Pak Jokol menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lhian. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Pak Joko berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lhian, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuh Lhian kembali disodok-sodok, kedua tangan Pak Joko meraih payudara Lhian serta meremas-remasnya.

Tidak lama kemudian Lhian kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusnya sudah jebol oleh penis Pak Joko yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini Pak Joko memperkosa anus Lhian perlahan-lahan, karena lubang anus Lhian masih sangat sempit dan kering. Ketika Pak Joko menarik penisnya, mulut dubur Lhian ikut tertarik sehingga terlihat monyong keluar. Lalu Pak Joko menyodokkan lagi penisnya, sehingga kini dubur pantat Lhian mengempot.
“Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt”.
Lhian menjerit keras sekali, ia baru saja merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakannya. Pak Joko merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Lhian. Pak Joko merasa penisnya lecet didalam pantat Lhian. Kenikmatan yang terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantat Lhian. Tak terbayang bagaimana wajah orang tua Lhian, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami putrinya. Anak perempuan yang mereka rawat dengan kasih sayang hingga remaja dan dibiayai, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh gurunya sendiri.
Seperempat jam lamanya Pak Joko menyodomi Lhian, waktu yang lama bagi Lhian yang semakin tersiksa itu.
“Eegghh, aakkhh, oohh”.

Dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok, Lhian merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Pak Joko. Saat Lhian berteriak, kembali Pak Dono mendorong penisnya ke dalam mulut Lhian, sehingga kini Lhian hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Pak Dono. Tubuh Lhian terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.
Kedua payudara Lhian yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya diremas-remas dengan brutal oleh Pak Joko. Lhian berteriak-teriak kesakitan.
“Aakkhh, oohh, oouhh, aammp, uunn, pakk”

Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Pak Joko dan Pak Dono mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Pak Joko yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya dubur Lhian menyemburkan spermanya di dalam anus Lhian, Lhian merasakan perih pada rongga duburnya yang lecet tersiram sperma Pak Joko. Dan Pak Dono menyemburkan spermanya di dalam mulut Lhian. Lhian terpaksa menelan semua sperma Pak Dono agar dia dapat tetap bernafas. Lhian hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Pak Dono masih berada di dalam mulutnya. Lhian membiarkan saja penis Pak Dono berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Pak Dono menarik keluar penisnya dari mulut Lhian. Sebagian sisi sperma Pak Dono yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liur Lhian.
Kemudian Pak Dono memaksa Lhian untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Pak Joko juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Lhian dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Lhian, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Lhian dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya. Perih yang luar biasa dirasakan lobang pantat Lhian yang lecet-lecet.
Setelah Pak Joko mencabut penisnya dari anus Lhian, lalu Pak Dion mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Lhian mendekati dan mengangkat tubuh Lhian lalu memposisikan mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Pak Dion kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Lhian, dan kemudian memaksa Lhian untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Pak Dion langsung masuk ke dalam vagina Lhian.
“Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk”, Lhian mengerang kesakitan.
Setelah itu, Lhian dipaksa bergerak naik turun, sementara Pak Dion meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Lhian. Sesekali Pak Dion menyuruh Lhian untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Pak Dion dapat merasakan vagina Lhian berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Lhian yang sudah basah.
Pak Dion masih belum puas. Dia memiringkan tubuh Lhian lalu mengangkat kaki kanan Lhian ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan penisnya di liang kemaluan Lhian. Lhian menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba gurunya itu. Pak Dion tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Lhian yang bergoyang-goyang akibat irama pinggul Pak Dion, lidahnya bermain-main di ujung putingnya yang sudah sangat keras. Pak Dion tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Lhian diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Lhian. Lhian kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.

Selanjutnya, Pak Gatot yang mengambil giliran untuk memperkosa Lhian. Dia menarik Lhian dari pangkuan Pak Dion, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Lhian disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Pak Gatot. Kemudian secara kasar Pak Gatot menarik pantat Lhian turun, sehingga vagina Lhian langsung terhunjam oleh penis Pak Gatot yang sudah berdiri keras.
“Akkhh, aakkhh, oogghh,”. teriakan memilukan keluar dari mulut Lhian.

Penis Pak Gatot, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya meskipun tubuhnya pendek yang memasuki vagina Lhian, masuk semuanya ke dalam vagina Lhian, membuat Lhian kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Lhian merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Pak Gatot. Pak Gatot memaksa Lhian untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Pak Gatot dapat bergerak keluar masuk vagina Lhian dengan leluasa. Kedua Payudara Lhian besar menggantung bebas, naik turun seirama tubuhnya.
Kemudian Pak Gatot menjepit kedua puting susu Lhian dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Lhian berhimpit dengan dada Pak Gatot. Pak Gatot benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Lhian yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Pak Joko melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantat Lhian beberapa kali.
“Akkhh, aakhh, damn, shitt”, Lhian kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahanya.
Cambukan Pak Joko sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan paha Lhian.

Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Lhian tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Lhian terhenti, Pak Gatot marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Lhian dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Lhian menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks. Pak Gatot mencengkram pinggul Lhian, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengebor Lhian itu.
“Oohh, sshh, shh”, Pak Gatot mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantat Lhian yang empuk basah menduduki selangkanganya.
Ketika Pak Gatot hampir mencapai klimaks, dia memeluk Lhian dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Lhian tidur di bawah dan Pak Gatot di atasnya. Sambil mencium bibir Lhian dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Lhian, Pak Gatot terus menggenjot vagina Lhian. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gatot terhenti. Pak Gatot mencabut penisnya keluar dari vagina Lhian dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Lhian. Kemudian dia menarik tangan kanan Lhian dan memaksa Lhian untuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.

Setelah itu Pak Heru, guru kimianya maju mengambil giliran memperkosa vagina Lhian. Ia mengangkat kedua kaki Lhian dan menyandarkannya diatas bahunya, Pak Heru menempelkan kepala penisnya di mulut vagina Lhian. Dengan kasar Pak Heru menyodokkan Penisnya dengan keras kedalam liang peranakan Lhian. Lalu ia mulai menggenjotnya. Hampir sepuluh menit Pak Heru memompa vagina Lhian dengan kasar, membuat vagina Lhian semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Pak Heru mencabut penisnya dari vagina Lhian dan memaksa Lhian untuk membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, Pak Heru memaksa Lhian untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua orang disitu tertawa senang melihat itu, sementara Lhian menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Lhian terlihat mBLenger oleh sperma milik Pak Heru.
Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para Guru Lhian terhadap tubuh Lhian. Kali ini Lhian tidak kuat lagi menahan orgasmenya yang ke 20, dan dia mengalami orgasme hebat, namun tidak sehebat yang pertama. Cairan Vaginanya sudah mulai habis. Rongga vaginanya mulai mengering, karena cairan vaginanya sudah hampir habis dkeluarkan. Lhian merasakan sakit luar biasa pada rongga vaginanya. Ditambah penis para gurunya yang tak henti-hentinya menyodok dan menggesek rongga vaginanya yang kering, sehingga membuat rongga vaginanya lecet dan sobek. Hanya darah dari luka di rongga vaginanya lah yang membasahi daging kemaluannya dan burung yang tengah bersarang didalamnya.
Setelah delapan gurunya selesai memperkosa dirinya untuk kesekian kalinya, Lhian akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Lhian telah diperkosa secara habis-habisan selama empat jam lebih oleh gurunya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Pak Bambang.
lebih-lebih ketika posisi kedua tangan Lhian yang terikat digantung keatas. Pak Andi menjilati dan menciumi ketik Lhian.
“Mmuuahh, ketek lo montok banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm”
Liur pak Andi membasahi ketiak Lhian. Lhian kembali disetubuhi dari 2 arah tentu saja lubang anus dan vaginanya. Lhian kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakinya menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.
“Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh”

Lhian terus berontak seperti orang kesetanan. Karena dubur Lhian mulai mengering, Pak Andi kembali membasahi dubur Lhian dan batang penisnya sendiri dengan minyak goreng agar licin. Pak Andi menyodomi Lhian untuk ke 4 kalinya. Dilanjutkan dengan Pak Joko lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat semontok pantat Lhian, ia semakin bernafsu menghancurkan anus Lhian (Anal Destruction).
Kemudian mereka kembali menelentangkan Lhian di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian tubuh Lhian yang bisa di gunakan untuk memuaskan penis mereka. Pak Joko memasukkan penisnya ke dalam mulut Lhian, dan memaksa mengulumnya. Pak Bambang menyarangkan Penisnya ke dalam memek Lhian yang berdarah-darah. Pak Andi melesakkan penisnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantat Lhian yang sudah hancur. Pak Gatot menjepitkan penisnya di antara belahan payudara Lhian, kemudian menggosok-gosoknya sambil memelintir dan menarik puting susu Lhian yang coklat mungil dan membengkak. Pak Dono menaruh penisnya di tengah-tengah ketiak kanan Lhian yang gemuk putih dengan beberapa helai rambutnya, lalu menjepitnya dan memaju mundurkan penisnya di dalam jepitan ketiak Lhian. Sedangkan Pak Budi melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pak Dono dengan Menjepitkan penisnya ke ketiak Lhian yang sebelah kiri. Sedangkan Pak Heru Meraih tangan kanan Lhian, kemudian memaksa tangannya mencengkram penisnya lalu membantu tangan Lhian untuk mengocoknya. Yang terakhir yaitu Pak Dion, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Heru dengan tangan Kiri Lhian.
Akhirnya Lhian yang sudah tidak kuatpun pingsan, dengan Vagina dan anusnya yang dalam keadaan rusak parah, dan terus mengeluarkan darah, sisa sperma, dan sisa cairan vagina dan duburnya. Kedua payudaranya bengkak memerah dan lecet-lecet, puting susunya yang coklat mungil sobek. Darah dan sperma berceceran dimana-mana. Sudah puas para guru tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan tubuh Lhian yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan.
Setelah para guru Lhian pergi, muncullah beberapa siswa pria di sekolah Lhian yang diam-diam mengikuti gurunya. Ketika menemui tubuh Lhian yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mulai memperkosa tubuh Lhian yang masih tidak sadar. Satu diantara mereka menelepon teman-temannya di sekolah. Sekitar 20 menit kemudian datanglah sekitar 40 siswa laki-laki di sekolah Lhian. Lalu mereka mulai menikmati tubuh Lhian secara bergantian ataupun bersama-sama. Ketika sadar, Lhian hanya bisa teriak dan memohon, ia tidak punya cukup tenaga untuk melawan. Ia hanya bisa menyaksikan dirinya diperkosa oleh teman-temannya sendiri. Teman-temannya yang sudah lama bermimpi bisa menyetubuhi Lhian, akhirnya tercapai juga.
Setelah puas semua, mereka meninggalkan tubuh Lhian yang pingsan lagi untuk kesekian kalinya itu. Liang vaginanya sudah menganga sangat lebar, merah membengkak, dan sudah tidak berbentuk lagi. Dengan darah segar yang terus mengalir dari lobang vaginanya. Lobang duburnya pun sudah sangat lebar dengan keadaan rusak parah dengan bentuk berantakan, dengan darah, sperma dan cairan kekuningan yang keluar terus menerus dari liang duburnya. Dan dari sela-sela bibirnya mengalir sperma dan air liur dari dalam mulutnya. Wajahnya tetap cantik dengan masih mengenakan kacamata selama ia diperkosa. Tetapi menampakkan penderitaan yang begitu berat.
Karena merasa kasihan, beberapa temannya mengantarkan Lhian ke kostnya. Lhian selalu merasakan perih dan rasa sakit yang teramat sangat ketika ia harus buang air kecil. Karena liang pengeluaran air seninya masih bengkak dan agak tertutup lipatan daging mulut vaginanya yang sobek. Dan juga ketika buang air besar, karena lobang duburnya membuka sangat lebar dan belum mau menutup kembali. Jadi setiap saat, anusnya mengeluarkan kotorannya tanpa Lhian sadari.
Setelah peristiwa tersebut, Lhian terus mengunci diri dalam kamar dan diam membisu ketika ditanyai oleh teman ataupun keluarganya. Beberapa hari kemudian Lhian pulang ke asalnya, dan tinggal dengan ortunya. Lhian mengalami shock berat, dan tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Sementara para guru yang memperkosa Lhian, bebas beraktivitas karena Lhian tidak berani memberi kesaksian. Lhian terperangkap dalam trauma perkosaan itu untuk selama hidupnya. Sedangkan para guru yang memperkosanya masih sibuk mencari mangsa siswinya yang lain.
       UNTUK MELIHAT VIDEO SELENGKAPNYA KILK DIBAWAH INI :

  Posted By : www.ubcbet.net

Agen Bola Tangkas - PENGALAMAN NGENTOT DENGAN SIMPANAN MAMI

Agen Bola Tangkas - PENGALAMAN NGENTOT DENGAN SIMPANAN MAMI - Mamaku itu memang hebat. Di usianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan Mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan Papaku setahun yang lalu.


Agen Bola Tangkas - Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan, mana bisa memenuhi kebutuhanku yang doyan hura-hura. Jangankan membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa enggak bisa. Dua orang adikku juga memilih tinggal bersama Mama. Sama sepertiku, mereka juga doyan hura-hura. Ngabisin duit Mama yang aku enggak tahu gimana caranya, selalu saja ada. Apa yang kami minta selalu bisa dipenuhinya.
Namaku Tomi. Semester enam fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta yang beken di Jakarta. Adikku Mimi. Juga kuliah di fakultas ekonomi satu kampus denganku. Tapi dia masih duduk di semester dua. Adikku yang paling kecil, Toni. Dia masih kelas tiga SMU.

Dari kecil selalu hidup bergelimang harta, dari penghasilan Mamaku, membuat kehidupan glamour sangat melekat pada diri kami. Masing-masing kami dibelikan Mama mobil sebagai alat transportasi. Uang jajan tak pernah kurang. Karena itu aku dan adik-adikku tak pernah protes dengan apapun yang dikerjakan oleh Mamaku. Aku dan adik-adikku selalu kompak membela Mama. Termasuk saat bercerai dengan Papa. Padahal sebab perceraian kedua orangtuaku itu adalah jelas-jelas karena kesalahan Mama. Papa menangkap basah Mama sedang pesta sex dengan tiga orang gigolo muda di hotel!
Meski begitu, aku dan adik-adikku tetap aja kompak membela Mama. Soalnya belain Papa juga enggak ada untungnya. Lagian kelakuanku dan adik-adikku juga enggak beda-beda amat sama Mama. Aku dan Toni pernah bawa perek ke rumah. Si Mimi tahu tentang hal itu dan dia sih santai-santai aja. Soalnya dia juga sering bawa cowok ganteng ke kamarnya.

Setelah bercerai, rumah kami yang megah jadi seperti rumah bordil aja deh. Mama, aku, Mimi, dan Toni, rutin bawa partner sex kemari. Karena kami sama gilanya, jadi asyik. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Papa suka rese. Meski tak bisa memarahi kelakukan binal anak-anaknya, tapi Papa suka ngomel atau ngasih nasehat. Huh, menyebalkan aja Papaku itu.
Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering dibawa Mama ke rumah. Dia tuh, kayak suami baru Mama aja jadinya. Hampir tiap hari dia ada di rumah. Paling kalau Mama lagi bosen dan ingin cari variasi pasangan lain, barulah dia ngibrit dari rumahku, balik ke kostnya.

Karena seringnya si Willy di rumah, aku dan adik-adikku jadi akrab dengan dia. Apalagi usianya enggak jauh dariku. Dia juga masih kuliah. Umurnya hanya lebih tua dua tahun dariku. Obrolan kami nyambung. Tentang apa saja. Otomotif, sport, musik, dan pasti ngesex. Hehe. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama. Segala biaya hidupnya, Mamaku yang nanggung.
Si Mimi paling senang dengan keberadaan Willy di rumah. Piaraan Mama itu dimanfaatinnya juga buat muasin nafsunya yang binal.
“Habisnya si Willy itu ganteng banget sih. Macho. Mana bodinya oke banget lagi. Belum lagi kontolnya. Gede banget Tom. Ngesexnya gila-gilaan. Pantes aja Mama paling demen ama dia dibandingin ama gigolonya yang lain,” kata Mimi padaku suatu hari. Dasar nakal. Dasar maniak tuh si Mimi.

Mendengar cerita si Mimi tentang kontolnya si Willy membuatku penasaran juga. Eits. Jangan salah sangka dulu men. Aku bukan gay. Jelas-jelas aku cowok straight. Cuman, dengar ukuran kontol orang sampai 28 sentimeter kan jelas bikin penasaran. Jangankan aku, cowok lain pasti juga penasaran. Gila aja kontol bisa segede itu!
Selama ini kupikir kontolku sudah paling gede. Panjangnya sekitar delapan belas senti. Susah-susah lho, cari kontol sepanjang punyaku ini di Indonesia. Ternyata punya si Willy malah lebih gila. sampai 28 senti men, selisih sepuluh senti dari punyaku. Ambil penggarisan deh, liat dari titik 0 senti sampai 28 senti, panjang banget kan ukuran segitu.
Meski penasaran, enggak mungkin kan aku permisi ke dia buat liat kontolnya. Gila aja. enggak usah ya. Pernah kepikiran buatku untuk ngintip dia saat ngentot dengan Mamaku atau si Mimi. Tapi males ah. Ngapain juga ngeliat saudara kandung sendiri ngentot. enggak ada seru-serunya. Entar aku jadi incest lagi. Bikin berabe aja.

Namun, yang namanya rezeki memang enggak kemana. Waktu itu malem hari. Hampir dini hari malah. Aku baru pulang. Biasalah, ngabis-ngabisin duit Mama. Semua orang sudah tidur kayaknya. Kerongkonganku rasanya kering banget. Haus. Aku langsung ke dapur, ingin ngambil minuman dari lemari es.
Pas aku nyampe di dapur aku terkesima. Kulihat Mama sedang berbaring telentang di atas meja makan kami. Pakaian atasannya terbuka memamerkan buah dadanya yang masih kencang dan besar. Sementara bagian bawah tubuhnya tak menggenakan penutup apa-apa. Sekitar memeknya yang penuh jembut lebat kulihat belepotan cairan putih kental sampai ke perutnya. Banyak banget. Mama tak sadar dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang memejamkan matanya sambil mendesah-desah.
“Ngg.. Enak banget Will,” katanya dengan suara mendesis. Rupanya dia baru aja dientot sama si Willy di atas meja makan itu.
Aku segera mengalihkan tatapanku dari tubuh Mamaku yang mengangkang itu. Entah kenapa, kok aku rasakan aku kayaknya terangsang. Bisa berabe nih. Pandanganku kualihkan ke lemari es. Saat menatap ke arah sana aku kembali kaget. Disana berdiri si Willy. Dia tak menggenakan pakaian apapun menutupi tubuhnya. Badannya yang tinggi dan kekar berotot itu polos. Dia sedang menenggak coca cola dari botol.

Mataku langsung menatap ke arah kontolnya. Gila men. Si Mimi enggak bohong. Di selangkangannya kulihat sebatang kontol dengan ukuran luar biasa. Sedang mengacung tegak ke atas mengkilap karena belepotan spermanya sendiri kayaknya. Batangnya gemuk, segemuk botol coca cola yang sedang dipegangnya. Panjang banget. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Batang gemuk itu penuh urat-urat. Aku sampai melotot melihatnya. Kupandangi kontol itu dengan teliti. Ck.. Ck.. Ck.. Sadis.
“Baru pulang Tom?” kata Willy menegurku.
Ia sudah menyadari kehadiranku rupanya. Aku segera menolehkan pandanganku dari kontolnya. Gawat kalau ia tahu aku sedang serius mengamati detil kontolnya itu.
“He eh. Iya,” sahutku sambil mengangguk.
Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup. kalau terang benderang, pasti Willy bisa mengetahui kalau wajahku sedang bersemu merah saat itu. Malu.

Mamaku yang sedang berbaring lemas diatas meja makan tiba-tiba melompat bangun. Ia sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka.
“Eh, Tomi. sudah lama kau datang?” kata Mama dengan ekspresi malu.
“Baru aja ma,” sahutku.
Aku beraksi seperti tidak terjadi apa-apa disitu. Segera kuambil minuman dingin dari lemari es. Tubuh Willy yang berkeringat tepat disampingku. Saat mataku melirik ke arah dalam lemari es, mencari minuman, kusempatkan untuk melirik sekali lagi ke arah batang kontol Willy. Kali ini aku bisa melihatnya lebih jelas. Karena ada bantuan penerangan dari lampu lemari es. Gila! Bagus banget bentuk kontolnya, pikirku.

Setelah mendpatkan minuman dingin, aku segera meninggalkan dapur. Tinggallah Mamaku dan Willy disana. Aku tak tahu apakah mereka masih melanjutkan lagi permainan cabul mereka atau tidak. Yang pasti sepanjang jalan menuju kamarku, pikiranku dipenuhi dengan kontol si Willy yang luar biasa itu.
“Gila! Gila!” rutukku dalam hati.

Kok aku bisa mikirin kontol punya cowok lain sih? Ada apa denganku ini? Rasanya malam itu aku susah untuk tidur. Setelah membalik-balikkan badan beratus kali di atas ranjangku yang empuk, barulah aku bisa tertidur. Itupun setelah jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Sebentar lagi pagi menjelang.
Berjumpa dengan Willy keesokan harinya aku jadi rada-rada grogi. Entah kenapa. Mataku jadi suka mencuri pandang ke arah selangkangannya. Aku jadi menyadari, kalau ternyata saat selangkangannya ditutupi celana seperti itu, ukuran tonjolan diselangkangan itu, memang beda dengan punyaku. Jauh lebih menonjol kayaknya. Gila! Gila! Rutukku lagi dalam hati. Kok aku jadi mikirin itu aja sih?!

Si Willy sih enggak ada perubahan. Ia tetap cuek aja seperti biasanya. Ia tak merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam. Sepertinya ia tak perduli kalao aku memergokinya telanjang bulat bersama Mamaku. Kayaknya, buatnya itu hal yang lumrah saja. Dasar gigolo profesional dia.
Sebulan berlalu. Dan selama rentang waktu itu, aku jadi pengamat selangkangan Willy jadinya. Entah kenapa, aku selalu berharap akan punya kesempatan lagi untuk ngelihat perkakas gigolo itu. Tapi tak juga pernah kesampaian. Sampai suatu hari.
Aku ingin berenang pagi-pagi di kolam renang yang ada di halaman belakang rumahku. Ketika aku sampai di kolam renang mataku langsung menangkap sebuah tontonan cabul. Si Mimi sedang ngentot dengan Willy. Dasar nekat si Mimi. Padahal Mama kan masih ada di kamarnya pagi-pagi begini.

Adikku yang cantik dan sexy itu sedang nungging di tepi kolam renang. Dibelakangnya Willy asyik menggenjot kontolnya dalam lobang vagina adikku itu. Genjotannya liar dan keras. Menghentak-hentak. Tubuh si Mimi sampai terdorong-dorong ke depan karena hentakan itu. Kelihatannya si Mimi keenakan banget. Bibir bawahnya digigit-gigitnya dengan giginya. Ia menggelinjang-gelinjang sambil merem melek menikmati hajaran kontol Willy yang luar biasa itu di memeknya.
Aku terangsang hebat. Celana renang segitiga yang kukenakan, tak lagi bisa menampung kontolku yang membengkak. Aku tak tahu. Aku terangsang karena apa? Apakah karena melihat persetubuhan mereka, atau karena serius mengamati kontol besar Willy yang keluar masuk vagina si Mimi itu. Entahlah.
Tanganku langsung mengocok batang kontolku yang sudah kukeluarkan dari celana renangku. Kukocok sekuat tenaga. Cepat. Aku ingin segera menumpahkan spermaku.
“Eh, Tom. Ngapain luh?” tiba-tiba kudengar suara Mimi menegurku.

Mataku yang sedang merem melek langsung menatapnya. Kulihat ia menolehkan wajahnya yang cantik memandangku yang sedang berdiri mengangang sambil ngocok. Willy tersenyum memandangku. Mereka tak menghentikan permainan mereka.
“memang lo enggak bisa liat, gue lagi ngapain,” jawabku cuek. Willy tertawa kecil mendengar jawabanku.
“Gila lo,” kata Mimi. Setelah itu ia kembali asyik menikmati genjotan Willy.
Akhirnya akupun orgasme sambil memandangi Mimi dan Willy yang terus bercinta. Tak lama setelah itu si Willy yang orgasme di mulut Mimi. Sebelum spermanya sempat mencelat dari lobang kencingnya, Willy menyempatkan menyabut kontolnya yang gemuk dan panjang itu dari vagina Mimi. Lalu disuruhnya Mimi membuka mulutnya lebar-lebar menyambut tumpahan sperma Willy yang deras. Aku benar-benar terbius birahi melihat detik-detik Willy menumpahkan spermanya di mulut adikku itu. Entah kenapa nafsuku terasa menggelegak melihat kontol itu menyemburkan spermanya yang deras berulang-ulang. Kupelototi setiap detik orgasme Willy itu tanpa berkedip sama sekali. Aku tak ingin kehilangan momen yang indah itu sedetikpun.
“Gila lo. Adik sendiri ngentot ditonton,” kata Mimi padaku.

Saat itu kami bertiga berbaring di tepi kolam renang kelelahan. Kalau orang melihat kami saat itu, mereka tidak mengetahui kalau kami baru saja orgasme tadi. Yang melihat pasti hanya mengira kami sedang berjemur menikmati cahaya matahari di tepi kolam renang.
“Habisnya elo berdua sama gilanya sih. Masak pagi-pagi ngentot disini. Ketahuan Mama gimana?” sahutku.
“Cuek. Mama enggak bakalan bangun. Sebelum ngentotin gua, Mama habis dihajar sama si Willy. Jadi Mama pasti sedang ngorok kecapaian,” jawab Mimi yakin.
“Benar Wil?” tanyaku.
“Yap,” sahut Willy singkat.
Dasar si Willy. Habis ngentot dengan Mama, masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi. Benar-benar profesional nih cowok, pikirku. Itu pengalaman keduaku melihat kontol si Willy.

       UNTUK MELIHAT VIDEO SELENGKAPNYA KILK DIBAWAH INI :

  Posted By : www.ubcbet.net

Agen Maxbet Terbaik - PENGALAMAN SEKS YANG MENGEJUTKAN

 Agen Maxbet Terbaik - PENGALAMAN SEKS YANG MENGEJUTKAN - Di rumah, saya tinggal dengan kedua orang tua dan dua orang adik perempuan, kedua orang tua saya bekerja dan kedua adik saya masih duduk dibangku sekolah, sedangkan saya kuliah di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Nama saya Agus (bukan nama asli). Kami tinggal disebuah komplek perumahan yang tidak begitu elit di Bogor. Rumah kami saling berdekatan dengan tetangga sebelah dan kami cukup mengenal satu sama lain sehingga terkadang kami saling membantu, mereka datang kerumah atau sebaliknya.


 Agen Maxbet Terbaik - Kejadiannya lima tahun yang lalu, suatu ketika tetangga saya pindah rumah. Tepatnya berselang dua rumah dengan rumah saya. Dalam beberapa hari rumah itu kosong dan yang tersisa hanya sebuah lampu bohlam yang terus menyala di teras rumahnya. Saya tahu karena rumah itu selalu saya lalui kalau pulang kerumah. Persisnya satu minggu setelahnya, Rabu siang hari, disebelah rumah agak sedikit berisik. Saya kebetulan sedang tidak kuliah penasaran apa yang terjadi disana. Ternyata ada yang mengisi rumah itu. Saya hanya menonton mereka yang sedang memindahkan barang-barang kedalam rumah. Setelah saya tanya ternyata rumah itu dibeli oleh seorang wanita yang rencananya rumah tersebut akan ditempati oleh saudaranya.
Sore hari keesokan harinya ketika saya hendak pulang, seperti biasa saya melewati rumah itu. Terlihat seorang wanita, umurnya berkisar 30 tahunan. Saya secara spontan menemuinya dan memperkenalkan diri saya. Kurang lebih lima menit saya berbicara dengannya. Namanya Endang, walau lebih tua dari saya tetapi dia tidak mau dipanggil “Teteh”. Tapi saya bersikeras untuk tetap memanggilnya dengan sebutan itu. Bentuk tubuhnya lumayan “Bahenol”, wajahnya manis dan murah senyum, dan dari situ saya tahu bahwa dia hanya berdua dengan seorang pembantu rumah tangga. Beberapa hari selanjutnya keluarga kami sudah cukup mengenal teh Endang begitu juga para tetangga yang lain.
Suatu hari saya sedang tidak kuliah jadi saya santai dirumah, kebetulan saya dirumah sendiri, teh Endang datang kerumah ingin meminta pertolongan.
“Puunteen..”, katanya dengan suaranya yang halus dan logat daerahnya yang kental.
“Eh.. teh Endang, ada apa ya?”, sahutku.
“Lho Agus ngga kuliah?”, tanyanya penasaran.
“Engga teh.., engga ada kuliah hari ini, ada apa teh?”, tanyaku lagi.
“Agus bisa bantu Endang ga?”, katanya dengan sedikit canggung.
“Kalo bisa saya bantu kenapa engga teh!”, kataku untuk meyakinkan dia.
“Bener nih? di rumah banyak kursi yang masih berantakan.. jadi Endang minta tolong diatur biar ga berantakan.. soalnya ngehalalangan jalan”, katanya dengan memelas.
“Kan Agus gede badannya jadi Endang minta tolong ya.. enteng koq”, tambahnya sambil menepuk pundakku.
“Masa suka pitnes ga kuat sih!”, katanya sambil tersenyum manis padaku.
Melihat senyuman itu sebagai seorang laki-laki saya tertantang dan saya langsung berkata “Ya” walau dalam hati dan saya yakin semua laki-laki apabila mengalaminya akan sama reaksinya dengan saya.
“Iya deh teh, saya bantu..”, jawabku dengan sedikit kasihan melihat raut mukanya.
“Bener nih?”, katanya untuk meyakinkan saya.
“Ya udah kalo ga mau mah teh..”, kataku untuk memancing dia.
“Eh.. Agus ga marah kan, soalnya takut ganggu kamu, yuk..”, katanya sambil mengajakku kerumahnya.

Setelah sampai dirumahnya saya heran karena semua perabotan rumahnya telah tertata rapih. Saya merasa tertipu dan agak menyesal atas kejadian itu. Tetapi saya melihat sebuah lukisan yang belum tergantung. Lukisan itu lumayan besar dan saya perkirakan memang agak berat untuk diangkat oleh teh Endang.
“Aduh maap ya Gus, bukannya Endang boong sama Agus.. cuma emang lukisannya mau digantung berat sekali.. jadi Endang bilang kursi bukannya lukisan.. ga pa pa kan Gus?”, katanya sambil menjelaskan hal itu.
“Ooh.. ya ga pa pa sih teh, cuma teteh bilang aja.. ga usah malu-malu.. kita kan tetangga harus saling tolong”, kataku.

Lalu teh Endang menyerahkan beberapa buah paku, palu, dan tidak lupa lukisan yang berat itu. Lalu teh Endang masuk kekamarnya.
Saya mulai bekerja dan tiba-tiba teh Endang keluar sambil berkata, “Gus maap ya Endang tinggal dulu, soalnya ada perlu sebentar, kalo perlu apa-apa tinggal minta si Yuyun aja yah”, katanya.
Dari situ saya baru tahu nama pembantunya.
“Nanti Endang kasi oleh-oleh deh buat Agus”, Tambahnya sambil tersenyum keluar rumah.
Lalu dia berteriak kepada pembantunya bahwa dirumah ada saya sedang memasang lukisan itu dan dia pun pergi sambil membawa mobil sedannya.

Setelah pembantu itu menutup pintu garasi rumah lalu ia masuk dan menemuiku.
“Agus maaf ya, ga bisa saya temenin soalnya banyak yang musti dikerjain nih.. kalo perlu sesuatu panggil saya aja yah!”, katanya.
“Eh.. iya Mbak, silahkan..”, kataku sambil memperhatikannya.

Dia berbalik lalu berjalan ke arah kamarnya didekat ruang dapur. Saya perhatikan memang umurnya agak sedikit lebih tua dari saya dan bentuk tubuhnya agak montok dan berisi. Setelah beberapa lama selesai juga lukisan itu tergantung di dinding. Saya mulai merasa haus. Saya panggil si Yuyun tetapi dia tidak menyahut. Lalu saya menuju dapur dan ternyata ada kulkas di sana. Ketika selesai minum saya mendengar seperti suara percikan air dan ternyata memang dari kamar mandi. Si Yuyun memang sedang mandi. Kemudian tidak tahu dari mana datangnya, saya mulai penasaran ingin mengintip si Yuyun. Saya membayangkan tubuh Yuyun yang tadi masih memakai pakaian lalu saya membayangkan bagaimana tubuhnya apabila telanjang bulat. Badan saya langsung memanas dan gemetar sambil berusaha mencari celah untuk mengintip. Tetapi sayang sekali tidak ada satu celah pun, kemudian saya berfikir untuk melihat Yuyun berganti pakaian dimana lagi selain di kamarnya.
Saya mencari kamarnya dekat dapur. Saya mendapatkan hanya satu kamar disitu dan saya berkesimpulan bahwa itu memang kamarnya. Saya masuk kamar itu lalu saya mencari tempat yang bagus untuk bersembunyi. Akhirnya saya bersembunyi dibawah kasurnya. Beberapa menit kemudian Yuyun masuk kamar dan mengunci pintunya. Pertama hanya terlihat kedua kakinya saja lalu tiba-tiba terlihat handuknya yang terbelit di badannya dilepasnya, karena handuknya seperti berputar-putar mengelilingi badannya lalu bunyi seperti sebuah benda yang dilemparkan ke kasurnya. Saya yakin si Yuyun dalam keadaan telanjang. Dengan nafas yang memburu saya berusaha mengintip dari bawah kasurnya.
Setelah berusaha saya melihat badannya yang membelakangi saya sedang memilih pakaian dalamnya. Saya hanya melihat bagian (maaf) pantatnya saja yang besar dan padat juga sedikit bagian payudaranya dari arah belakang. Payudaranya memang besar sekitar 36B tetapi saya yakin lebih besar dari itu. Lalu dia agak sedikit menungging dan dari belahan pantatnya terlihat bulu-bulu halus mengelilingi vaginanya yang hanya terlihat sebagian dari belakang. Vagina itu terjepit oleh pantatnya sehingga hanya berbentuk garis hitam saja dan kebetulan bulu-bulu yang mengelilinginya tidak banyak. Tiba-tiba dia jongkok lalu terbukalah vagina Yuyun. Saya yang dari tadi memperhatikannya sudah tidak kuat lagi sepertinya saya ingin menyentuh dan memegang seluruh tubuh Yuyun. Badannya yang sintal serasa memanggil saya untuk menyentuhnya. Penis saya serasa ingin bergerak bebas. Penis saya sudah tegang dari tadi tetapi terasa sakit karena terhalang celana dan tertahan oleh ubin. Dalam hati saya ingin keluar dari tempat persembunyian lalu saya menyetubuhinya hingga saya puas. Apakah saya berani?
Saya mencoba bertahan untuk tidak melakukannya tetapi apa boleh dikata keinginan saya untuk berbuat lebih besar. Lalu saya kaluar secepat mungkin lalu saya memeluk badan Yuyun dari belakang sambil mulutku menciumi lehernya, tangan kanan saya meremas payudaranya, dan tangan kiri saya mulai membelah vaginanya dengan dua jari dan memasukan jari tengah ke dalam lubang vaginanya. Yuyun kaget dan sudah terlambat untuk menghindar dari perlakuan saya.
“Eh.. siapa.. eehh.. ja.. ngan.. aahh.. oohh.. oohh..”, suaranya sambil berusaha membalikan badannya.
“Kamu sexy.. mmhh.. ssllrrpp.. mmhh.. jangan takut.. gue bikin lu puas Yun.. mmhh.. sslrrpp..”, bisikku sambil terus mencumbunya dan menggerayangi seluruh tubuhnya.
“Ku.. rang.. ajar.. ehh.. mmhhehh.. oohh.. aughh.. le.. pas.. in.. haahh.. aahh.. mmhh.. aahh..”, katanya sambil terus mencoba membalikan badannya.
Dari desahannya saya muai yakin bahwa Yuyun sebentar lagi akan menjadi santapan yang lezat untuk memenuhi nafsu birahi saya. Terlihat dorongan Yuyun sudah mengendor dan yang terdengar hanya desahannya saja yang membuat saya makin bernafsu. Setelah Yuyun lemas tak berdaya seluruh tangan saya lepaskan dari badannya lalu saya membopongnya ketempat tidurnya. Setelah badannya saya rebahkan ditempat tidur saya melihat Yutun sudah pasrah dan terlihat air mata yang keluar dari matanya. Sepintas saya merasa kasihan tetapi saya sudah tidak dapat berfikir panjang lagi melihat badan yang sudah telanjang bulat dan pasrah ada didepan saya dan siap untuk dinikmati.

Lalu saya membuka seluruh pakaian dan sayapun telanjang sudah. Lalu saya mendekati badan Yuyun dan menindihnya lalu saya cium seluruh wajahnya. Kedua tangan saya memegang kedua tangannya sehingga penis saya dan vaginanya hanya bersentuhan dan bergesekan. Dari vaginanya sudah banyak cairan yang keluar yang menandakan dia sudah terangsang oleh perlakuan saya tadi. Bibirnya saya cium dan langsung saya kulum sihingga lidah saya secara leluasa masuk kedalam mulutnya. Saya tidak menyangka ternyata Yuyun membalas ciuman saya tadi sehingga kami bergelut dalam ciuman yang sangat bernafsu. Lidah kami berdua seakan menyatu dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kami cari, KEPUASAN..
Setelah kami berciuman, kedua tangan saya langsung saya arahkan kearah ketiaknya sambil sedikit mengelitiknya. Bibir saya secara liar menjalar ke payudaranya secara bergantian.
“Oohh.. eehh.. mmhh.. Gus.. aahh.. aahh.. aahh..”, desahnya.
“Gimana Yun enak kan?”, tanyaku padanya.
“Ee.. nn.. aakk.. ahh.. mmhh.. Gus.. ja.. ngan.. brenti.. aahh.. oohh.. aahh..”, desahnya dengan agak sedikit berteriak.
“Ehh.. Yun.. jangan teriak-teriak dong, nanti banyak yang denger..”, kataku sambil melihat sekeliling kamar.
“Abis.. ennakk.. eennaakk.. enn.. eenn.. nnaakk..”, desahnya lagi tetapi sekarang sambil berbisik.

Setelah Yuyun berkata demikian badannya terasa terangkat dan pinggulnya mendorong-dorong badan saya.
“Eehh.. eehh.. mmhh.. Gus Yuyun mau pipis.. adduuhh.. aahh.. pipiss.. ppiiss.. mmhh.. pi.. ppiiss..”, desahnya lagi.
Setelah berkata demikian terasa sekali selangkangan Yuyun basah total, seperti ada cairan yang lebih banyak keluar dari vaginanya. Ternyata Yuyun orgasme yang kesekian kalinya. Saya tidak tahu apakah dia sudah orgasme sebelum ini. Cairan itu menjalar keseluruh bagian selangkangannya lalu menjalar ke pahanya dan juga berkumpul dipantatnya. Lalu badannya bergetar dan terdiam sejenak sepertinya ingin merasakan kepuasan yang ada saat orgasme.
Sesudah itu ia tersenyum manja kepadaku dan berkata, “Gus.. kamu dah belum?”.
“Ya belum dong, orang kontol gue aja belum ngerasain memek Yuyun..”, kataku sambil memelintir puting payudaranya.
“Ahh.. ehhmm.. ya udah cepetan masukin Gus.. tapi cepet ya takut Bu Endang dateng..”, katanya sambil membuka kedua pahanya dan melebarkan vaginanya yang sudah basah.

Lalu saya arahkan penis saya kearah vagina Yuyun yang telah merekah. Pada saat penis saya menyentuh bibir dalam vaginanya, terdengar bunyi klakson mobil. Ternyata Teh Endang pulang. Dengan cepat kami berdua berpakaian dan Yuyun terlebih dahulu keluar kamar dan segera membukakan pintu garasi.
“Yun, kamu jangan kasih tau Teh Endang ya kalo kita berdua..”, kataku kepadanya.
“Tenang aja Gus, Yuyun mulai suka koq, abis Yuyun udah lama ga gituan..”, katanya setelah memotong perkataanku tadi.
Saya keheranan setelah mendengar perkataan Yuyun bahwa ia “Sudah lama ga gituan”. Sambil keluar kamar saya masih berfikir tentang perkataan itu. Teh Endang masuk ke rumah dan menemuiku.
“Nah kan gampang Gus, tuh lukisannya udah selesai, makasih ya..”, kata Teh Endang sambil tersenyum manis padaku.
“Nih buat kamu..”, sambil menyerahkan sesuatu padaku.
“Wah jadi ngerepotin Teh Endang nih.. he.. he.. he.. makasih..”, kataku.
Ternyata sepotong besar kue Black Forest. Dalam hati saya berkata, “Tau aja dia kesukaan gue..”.
“Endang tau.. kamu kan badannya gede.. jadi doyan makan dong”, katanya.

Setelah itu saya berpamitan pulang walau saya ditahan untuk tidak segera pulang oleh Teh Endang. Dengan alasan sudah agak sore, akhirnya saya diijinkan pulang.
“Kapan-kapan mainlah kemari Gus, kita ngobrol trus ngegosip dulu”, katanya.
“Iya Teh Endang, saya suka koq main kemari”, jawabku sambil menatap Yuyun yang hanya tersenyum.
Pada saat saya melangkah keluar gerbang rumah, Teh Endang memberikan senyum manisnya padaku dan tiba-tiba Yuyun berkata, “Makasih ya Gus..”.
Saya hanya tersenyum karena ucapan Yuyun tadi mengandung arti yang hanya dimengerti oleh kami berdua saja. Saya meninggalkan rumah dengan sesuatu yang mengganjal, yaitu kepuasan yang menggantung karena saya belum merasakan kepuasan yang seutuhnya dan hilang begitu saja di depan mata, eh maksud saya di atas ranjang..

Suatu hari, saya lupa harinya, saya sedang tidak kuliah juga. Saya bermain kerumah Teh Endang lagi.
“Permisi..”, salamku. Sampai lima kali tidak ada yang menyahut. Dalam hati saya bilang apabila yang keenam kali tidak ada yang menyahut maka saya akan pulang saja.
“Permisi..”, kataku lagi dengan agak sedikit keras.
“Iya.. Iya.. tunggu sebentar..”, terdengar suara Yuyun samar-samar.
Yuyun berlarian menuju pagar dan membukakan pintu.
“Tadi saya udah denger koq, saya baru selesai mandi trus buru-buru deh..”, katanya.
Memang terlihat rambutnya yang masih basah dan tercium wangi sabun mandi yang masih wangi.
“Maaf Yun, eh Teh Endang ada ga?”, tanyaku sambil masuk kedalam rumah.
“Tadi Bu Endang pergi, katanya mau ketemu temannya.. gitu”, jelasnya.
“Agus mau ketemu Teh Endang apa aku?”, katanya lagi.
“Ngapain ketemu kamu Yun, rugi..”, kataku sedikit bercanda.
“Ah kemaren aja cuma ditongengin sedikit aja udah kaya orang kemasukan setan gerayangin badan saya..”, katanya.
“Iya sih, tapi saya lagi ga mut ah, mau ngobrol aja..”, kataku.

Setelah berbicara panjang lebar dengan Yuyun, saya tahu banyak tentang dia. Yuyun ternyata janda tanpa anak. Dia kawin muda karena dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Suaminya di desa kawin lagi dengan wanita lain. Mendengar itu saya jadi mengerti semua. Ketika saya tanya tentang Teh Endang ternyata juga janda dan sudah menikah dua kali. Pada perkawinan pertama Teh Endang kawin dengan bule keturunan Australia tetapi ditinggal suaminya kembali ke negaranya dan tidak ada kabar. Pada perkawinan kedua Teh Endang menikah di Bandung tetapi mereka bercerai atas kemauan Teh Endang karena mantan suaminya itu telah memiliki istri terlebih dahulu. Juga tanpa dikarunuai anak. Pada perkawinan inilah Yuyun baru ikut Teh Endang di Bandung.
Selama Yuyun menjelaskan tentang hal tersebut, saya baru sadar bahwa setelah saya perhatikan badannya ternyata terlihat samar-samar puting payudaranya yang hitam. Ternyata Yuyun tidak menggunakan BH karena tadi tergesa-gesa membukakan pintu untuk saya. Saya jadi bertanya-tanya jangan-jangan Yuyun tidak Memakai CD juga. Lalu saya mencari cara untuk mengetahuinya. Saya akan membuat dia berdiri.
“Yun, ambilin minum dong, air putih aja deh..”, kataku.
“Oh Iya lupa.. tunggu ya”, katanya sambil bergerak menuju dapur.
Yuyun jalan membelakangi saya dan ternyata memang benar Yuyun tidak memakai CD karena dari belakang terlihat belahan pantatnya dengan pantat yang besar. Saya langsung terangsang. Saya ikuti ke dapur. Pada waktu Yuyun membelakangi saya, langsung saya peluk dia. Saya langsung meremas kedua payudaranya dari belakang dan menciumi lehernya sambil menggesekan penis saya yang masih terbungkus celana ke belahan pantat Yuyun.

Yuyun kaget tetapi dia membiarkan saya. Ia malah berpegangan pada meja dapur dan agak sedikit membungkuk. Tangan Kiri saya langsung turun membuka bagian bawah dasternya dan menyusup diantara kedua pantatnya untuk mempermainkan vaginanya yang masih kering. Wangi sabun dibadannya masih terasa dan membuat saya bertambah nafsu.
“Ahh.. mmhh.. Gus.. ka.. mu.. dah.. mau ya.. eehh.. eehhmm.. terus.. aahh.. terr.. rruuss.. eehhee.. mmhh..”, desahnya.
Terasa vaginanya sudah mulai basah dan licin. Langsung jari tengah saya susupkan kedalam lubang vaginyanya. Saya buat keluar masuk secara perlahan.
“Aahh.. ennaak.. mmhh.. ennakk.. Gus.. terus.. cepet.. cep.. pet.. aahh.. aahh..”, desahnya.
Setelah itu badan Yuyun terasa menegang dan agak mendesis.
“Gus.. aahh.. pipis.. aahh.. pi.. pis.. iyaahh.. oohh..”, desahnya sambil menjepit jariku dengan kedua belahan vaginanya dengan bantuan kedua pahanya. Yuyun orgasme yang pertama kali.

Setelah itu langsung saya balik badannya dan menaikan badannya ke atas meja dapur. Saya hanya memelorotkan celana saya agar penis saya keluar dan ternyata sudah tegak dan keras. Saya ambil kondom dari dompet dan langsung memakainya. Setelah itu saya langsung mengarahkan penis saya ke belahan vaginanya yang telah basah. Perlahan tapi pasti penis saya masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Memang mudah karena vaginanya sudah licin dan Yuyun sudah tidak perawan lagi tetapi tetap saja membuat saya merem-melek dibuatnya.
Lalu saya diamkan penis saya di dalam vagina Yuyun yang tertancap dalam. Lalu saya mengerayangi seluruh muka, payudara, putingnya sampai meremas-remas kedua pantatnya yang besar. Yuyun hanya bisa meremas kedua pantat saya dan agak sedikit mencakar. Sakitnya sudah tidak saya hiraukan lagi.
“Oohh.. eenak.. ee.. nakk.. udah lama.. oohh.. ga.. main.. penismu.. nik.. mat Guss.. ss.. ss.. emmhh..”, desahnya yang sudah kacau.
“Terus isep.. iss.. sseepp.. teteku.. gigit.. ce.. pet.. gi.. git.. aahh.. mmhhmm..”, Katanya.
Lalu saya plintir puting payudaranya menggunakan bibir saya dan sekali-sekali saya gigit dengan agak sedikit gemas.
“Iya.. terus.. ss.. mmhhmm.. eehheehh.. Gus.. mo pipis lagi.. ga ku.. at.. aahh..”, katanya sambil menegangkan badannya.
Penis saya seperti disiram oleh cairan hangat dan itu membuat saya tak kuasa untuk menggerakan penis saya di dalam vagina Yuyun.
“Gus uudahh.. kocok vagina Yuyun.. Yuyun udah ga tahan mo dikocok sama kontol kamu.. mmhhmm..”, desahnya.
Langsung dengan cepat saya gerakkan penis saya keluar masuk vagina Yuyun. Sesekali saya tarik penis saya dan dengan cepat saya tancapkan lagi ke vaginanya. Ini saya lakukan secara mendadak yang membuat Yuyun berteriak kecil.
“Auwww.. mmhhmm.. auuwww.. ahh.. eehh.. gila.. kontolmu mentok Gus.. sakit.. sakit.. ahh.. eenn.. akk.. bag.. nget.. sshh..”, desahnya tiap kali saya buat gerakan itu.
“Gus.. mo.. pippiss.. ga.. tahhan.. stop.. stop.. mmhhmm.. aahh.. aahh..”, katanya.
“Kita bareng ya Yun.. oohh.. tu.. wa.. ga.. aahh..”, kataku.
“Croot.. crroott.. crroott.. serr.. serr.. seerr..”, cairan kami berdua keluar dengan derasnya di dalam vaginanya.

Kami berdua berpelukan erat saat itu. Yuyun memeluk dan mencium saya dengan erat dan tangannya mencakar punggung saya juga kakinya yang membelit pinggang saya dengan keras. Saya juga melakukan hal yang serupa dengannya sambil saya angkat badannya sedikit menggendong. Penis saya terasa dihisap oleh vaginanya dan serasa akan lepas ditelannya. Kami berdua mengerang dalam ciuman. Liur kami berdua bercampur baur tak terkira. Lidah kami berdua serasa ingin membelit satu sama lain. Kami berdua sudah tidak menghiraukan apakah teriakan kami berdua terdengar sampai ke luar ruangan. Rasanya tak terkatakan walau ditulis berhelai-helai kertas. Hanya kami berdua saja yang bisa merasakannya.
Setelah beberapa lama, penis saya masih tertancap di dalam vaginanya, kami berdua mulai melonggarkan pelukan itu dan kami berdua saling bertatapan. Kami berdua tersenyum sambil diselingi dengan beberapa ciuman kecil.
“Gus kamu hebat, Yuyun sampe berapa kali pengan pipis”, katanya disela sela ciuman kami.
“Kamu juga hebat, memek kamu tau aja kesenangan penis saya, “Kataku.
“Gus, yang terakhir tadi.. itu paling enak, bener..”, katanya.
“Iya saya juga ngrasa gitu, nih liat kontol saya masih di dalem memek Yuyun”, kataku sambil memperhatikan penis saya.
“Gus jangan dicabut ya.. masih nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
“Udah ah, takut kondomnya bocor kelamaan di dalem”, jawabku.
“Emangnya bisa bocor Gus?”, kata Yuyun bertanya penasaran.
“Bisa kali, kalo bocor ntar kamu hamil loh.. mau kamu hamil?”, tanyaku.
“Saya ga mau ah, tapi kalo bikinnya saya mau banget..”, jawabnya sambil melirik padaku.
“Sama dong..”, kataku sambil menciumnya.

Kami berdua berjalan menuju kamar mandi dalam keadaan bugil. Terlebih dahulu saya buang kondom itu di tempat sampah dapur. Lalu kami berdua mandi bersama yang tentu saja diselingi dengan gerakan-gerakan nakal. Setelah kami kaluar dari kamar mandi dan akan menuju kamar Yuyun, kami berdua terkejut oleh keberadaan Teh Endang yang sedari tadi berdiri menyaksikan kami brdua dalam keadaan bugil.
“Apa yang kalian lakukan berdua?”, katanya sambil membentak.
Kami berdua tidak menjawab sepatah katapun karena kami sudah tertangkap basah.
“Yuyun, sana kamu ke kamar kamu!”, katanya kepada Yuyun.
Yuyun berlari kecil sambil menutupi badannya langsung menuju kamarnya.

Teh Endang memandangku dengan pandangan sinis. Ia memandangi badan saya dari ujung rambut ke ujung kaki. Memang badan saya atletis, maklum saya rajin fitness. Tanpa aba-aba terlebih dahulu, Teh Endang langsung mengarahkan ciumannya kearah bibir saya. Tangannya meremas kedua pantat saya. Ciumannya sangat ganas dan liar. Mendapat perlakuan itu saya kaget sambil sedikit senang. Ternyata saya tidak dimarahi seperti yang telah saya bayangkan sebelumnya. Saya secara spontan membalasnya dengan liar pula. Pada waktu tangan saya hendak menyusup ke arah payudaranya dia menepis tangan saya.
“Gus masa cuma si Yuyun doang yang kebagian, Endang juga mau..”, katanya sambil memegang penis saya yang dari tadi sudah berdiri.
“Belum apa-apa udah mau pegang punyaku, kamu nakal Gus..”, katanya sambil tersenyum padaku.
“Abis Teh Endang duluan sih.. tuh liat punya saya sampe bediri gini..”, kataku.
“Gus ayo ke kamar Endang aja, malu kalo ada si Yuyun”, katanya sambil menggandeng tanganku menuju kamarnya.
Setelah sampai kamar Teh Endang, ia menyuruhku untuk melepaskan pakaiannya.
“Gus kamu bukain baju Endang ya, ga usah malu-malu, BH dengan CD-nya juga ya.. sampe Endang telanjang.. kaya kamu”, katanya sambil tertawa kecil padaku.

Saya langsung membukakan pakaian Teh Endang. Pertama kemejanya, roknya, lalu terlihat BH dengan payudara yang menantang dan CD yang menutupi gundukan vaginanya. Penis saya seperti ingin meledak ketika saya mencopot BH dan CD-nya. Terlihatlah payudara yang sexy dan vaginanya yang mulus tanpa bulu. Ternyata Teh Endang rajin mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya. Belahan vaginanya terlihat jelas membagi dua kedua pahanya. Lalu dengan jalan yang dibuat-buat, Teh Endang melangkah ke kasurnya dan langsung berbaring sambil mengangkangkan kedua pahanya. Terlihat jelas vaginanya terbelah dan terlihat bibir bagian dalamnya tentu saja klitorisnya. Secara tidak sengaja saya memperhatikan sekitar ruangan kamar itu dan di meja riasnya terdapat beberapa penis mainan dari karet yang membuat saya tertegun sejenak.
“Gus kamu mau liatin kamar Endang aja atau mau sama Endang?”, katanya yang membuat aku sadar sejenak.
“Masa body Endang dianggurin sih.. kamu ga mau sama ini..”, katanya sambil menggosok-gosok vaginanya.
“Ayo Gus buat Endang puas, masa si Yuyun dikasih tapi Endang nggak..”, rayunya.
“Cepet Gus..”, katanya. Terlihat vaginannya sudah mulai basah karena gosokannya sendiri.
“Teh Endang, siap ya..”, kataku sambil menindih badannya.
Kami berdua langsung berciuman dengan liar dan tangan kami masing-masing mencari bagian dari badan kami yang kami anggap dapat memuaskan nafsu. Lidah kami beradu dan liur kami pun sudah menyatu. Ternyata Teh Endang memiliki ciuman yang hebat. Saya tak kuasa dibuatnya. Ia mengambil alih setiap ciuman kami. Saya hanya bisa menggunakan tangan saya untuk menyentuh dan meremas payudaranya sehingga terkadang ciumannya terhenti saat saya tangan saya bergelut dengan puting payudaranya.
“Ehhmm.. yaahh.. ssiipp.. truss.. Gus.. ayo.. ter.. rus.. remes.. yang.. kenceng.. dua.. duanya.. jugaa.. ehhmm.. oohh..”, desahnya dibalik ciumannya.

Ciumanku terus berlanjut ke leher dan telinganya. Setiap bibir saya menyentuh telinganya, badannya langsung bergelinjang. Ternyata titik rangsangannya terbesar ada di sana.
“Gus jangan di kuping terus.. gelii.. gellii.. ehhmm.. ge.. llii.. eehheemm.. aahh..”, desahnya.
Lalu saya berpindah menciumi payudaranya dan sedikit menggigit putingnya.
“Ahh.. iyyaahh.. ahh.. iyyaahh.. iyahh.. iyyaahh.. oohh.. iyyaahh..”, desahnya dan lama-lama menjadi sebuah teriakan.
“Gus Endang mau pipis.. pii.. ppiiss.. eehh.. eehh.. eehheehh.. aa”, desahnya panjang.

Ternyata Teh Endang orgasme, badannya naik ke atas lalu dibanting ke bawah dan ini dilakukannya berkali-kali sambil berteriak. Badan saya terdorong ke atas berkali-kali. Lalu badannya menegang dengan teriakan panjang, sesudah itu terdiam sejenak sambil merasakan orgasmenya. Tubuhnya memerah dan banyak keringat yang keluar.
“Gus udah ga usah diciumi lagi, cepet masukin punya kamu ke memek Endang.. cepet.. cepet..”, katanya sambil memeluk badanku.
Tetapi saya langsung menuju vaginanya dan menjilat permukaan vaginanya yang telah basah akibat orgasmenya tadi.
“Gus kamu ngapain.. oohh.. jangan.. eehh.. eehh.. eehhmm..”, desahnya karena perlakuanku itu.
“Ka.. mmu.. jahh.. hat.. Endang.. dahh.. gak.. eehh.. kuat.. ka.. mmuu.. nyiksa.. eehhmm..”, katanya.
“Ahh nikmat.. eenn.. nakk.. ehhmm.. eehhee.. trus.. jilat.. jilat.. jilat.. jiillaat.. memek Endang..”, desahnya.
Lidah saya terus memburu vagina Teh Endang. Klitorisnya saya gigit, jilat, hisap dan sekali-sekali saya jepit dengan bibir saya.
“Iyahh.. heehh.. hhee.. eehhmm.. hhmm.. isep.. kacangnya.. kacang.. Endang.. trus.. oohh.. aahh.. ss.. ss.. eehhmm”, desahnya sambil menggerakkan badannya kekiri dan kekanan.
“Aahh..”, teriaknya panjang.

Teriakan itu mengangetkan saya dan ternyata ia orgasme lagi. Cairan di vaginanya banyak sekali dan membuat sekitar bibir dan mulutku basah. Langsung saya jilat sampai habis cairan itu. Terasa asin tetapi lama-kelamaan rasanya hilang. Cakaran Teh Endang menghujam punggung dan leher saya. Dalam hati saya berkata bahwa hari ini saya mendapat banyak sekali cakaran dari dua orang wanita.
Lalu Teh Endang menarik kepala saya dan kamipun berciuman dengan lebih liar. Tiba-tiba Teh Endang membalikan badan saya sehingga dia berada diatas saya. Melihat penis saya yang berdiri tegak, Teh Endang langsung melebarkan pahanya sehingga vaginanya tepat berada di atas penis saya. Langsung ia mendorong vaginanya ke arah penis saya dan lama-kelamaan penis saya sudah hilang di telan vaginanya. Saya lupa memakai kondom yang tersisa dua buah lagi. Tetapi saya meyakinkan diri bahwa saya dan dia bersih. Teh Endang menggerak-gerakan pinggulnya naik turun dan kanan kiri. Terasa sangat nikmat dan tak terbayangkan rasa yang saya alami, maupun dia.
“Gus.. gimana.. ennakk.. ga.. memek.. Endang.. eehhmm.. eehh..”, katanya.

Saya hanya mengangguk dan berusaha menaikkan pinggul saya agar penis saya masuk lebih dalam lagi. Setiap gerakan kami berdua selalu dibarengi dengan bunyi seperti “Pok.. pok.. pok.. cplak.. cplak”.
Kejadian itu berlangsung lama sehingga Teh Endang orgasme sebanyak dua kali lagi. Dua kali pula penis saya disiram oleh cairan hangat di dalam vaginanya. Lalu selang beberapa lama Teh Endang akan orgasme lagi.
“Gus Endang.. mau.. pipiss.. pi.. piss.. eehh..”, katanya.
“Bareng ya, saya juga dah mau nih..”, kataku.
“Keluarin.. di.. luar.. aja.. ya.. ehhmm..”, kataku.
“Teh saya keluar..”, kataku. Pada saat saya hendak menarik penis saya, Teh Endang menjatuhkan badannya dan memeluk dengan erat, sambil mencium saya, dan kakinya merangkul kedua kaki saya.
“Croott.. crroott.. crroott..”, sperma saya muncrat di dalam vaginanya dengan tertancap sempurna. Seluruh batang penis saya berada di dalam vaginanya. Cairan kami menyatu dan banyak sekali. Terasa hangat batang penis saya.
“Gus di dalem memek Endang ada yang anget-anget.. eehh.. ennak banget rasanya..” Katanya setelah merasakan muncratnya sperma saya di dalam vaginanya.

Langsung saya terbangun dan menarik penis saya. Saya kaget karena kaluarnya sperma si dalam vaginanya. Saya takut apabila Teh Endang dalam masa subur dan akibatnya, HAMIL! Dalam otak saya terbayang apabila Teh Endang hamil maka saya harus bertanggung jawab atas hal itu.
“Gus kamu knapa.. kamu nyesel main sama Endang?”, tanyanya melihat tingkahku yang gugup.
“Teh Endang maaf ya.. tadi keluarnya di dalem.. kan bisa hamil.. maaf saya khilaf.. tapi saya akan bertanggung jawab koq”, kataku menjelaskah dengan tidak pasti.
Teh Endang hanya tersenyum dan menatapku penuh keluguan. Melihat itu saya bertambah gugup dan malu.
“Koq Teh Endang cuma senyum doang, ada yang salah ya?”, kataku keheranan.
“Kamu emang anak yang baek, tapi kamu gak usah kuatir, Endang pake KB loh..”, katanya menjelaskan.
“Kamu lucu yah kalo lagi gugup.. makanya Endang ketawain kamu.. maap ya Gus..”, tambahnya lagi.

Mendengar itu rasanya pikiran saya seperti lega dan akan meledak. Saya baringkan badan saya karena puas atas jawaban Teh Endang dan saya terus membodohi diri sendiri sekaligus menutupi rasa malu saya. Teh Endang menindih badan saya dan mencium dada saya yang bidang lalu kami berdua berciuman mesra. Lalu kami mandi bersama dan di sana kami melakukannya lagi berberapa kali.
Setelah itu kami berdua makan bersama. Teh Endang menyuruh Yuyun memasakkan hidangan nasi goreng yang menurut Teh Endang masakan Yuyun sangat enak. Selama makan Teh Endang bercerita bahwa dia dan teman-teman sebayanya adalah hypersex. Yang lebih gila lagi, teman-temannya rela membayar seorang gigolo untuk memuaskan nafsu mereka. Tetapi Teh Endang tidaklah demikian. Teh Endang lebih berhati-hati dalam memilih teman kencannya dan tidak sembarangan dibandingkan mereka. Dan kadang-kadang teman-temannya sering mengunjungi Teh Endang atau sebaliknya dan rencananya saya akan dikenalkan pada mereka.
Beberapa hari berjalan, saya dan Teh Endang sering melakukan hubungan intim di rumahnya u
ntuk memuaskan nafsu kami berdua. Kadang bila Teh Endang belum pulang, saya menunggunya sambil mendapatkan servis memuaskan dari si Yuyun. Bermacam gaya kami lakukan dan dimanapun tempatnya, di kamar, garasi, ruang tamu, kamar mandi, dapur dan tempat yang kami anggap aman, baik dengan Teh Endang maupun Yuyun.

       UNTUK MELIHAT VIDEO SELENGKAPNYA KILK DIBAWAH INI :

  Posted By : www.ubcbet.net